Mitigasi Bencana Dempo

Penulis: Kay Nathani Abraham Siringo Ringo (X-5/15)
Pada hari Jumat (2/7/2025) di pagi yang cerah dan terik, seluruh Dempoers mulai dari kelas X, XI serta kelas XII untuk memulai pembelajaran di sekolah seperti biasanya. Namun, ada hal yang berbeda pada hari itu. Tampak beberapa petugas berseragam oranye menyambut dengan senyum hangat. Sesuai dengan undangan yang disampaikan oleh pihak sekolah, Dempoers akan mengikuti kegiatan Mitigasi Bencana.
Pada pukul 07:00 WIB, guru dan peserta didik melaksanakan doa dan meditasi di ruangan kelas masing-masing. Setelah itu, pada pukul 07:15 WIB, terdengar pengumuman yang meminta peserta didik untuk berkumpul di lapangan basket SMA Katolik St. Albertus Malang. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah bersiap untuk memberikan sosialisasi kepada warga Dempo. Pak Dwi Analis Bencana, memperkenalkan timnya lalu menjelaskan makna bencana alam. Ia juga menjelaskan jenis bencana, yakni bencana alam, non-alam, sosial. Menurutnya, bencana alam biasa memiliki tanda-tanda yang harus diwaspadai. Biasanya, bencana alam gempa bumi ditandai dengan guncangan, terutama di daerah yang dekat dengan episentrum atau pusat gempa. Namun, beliau mengimbau peserta didik supaya tidak khawatir karena Kota Malang tidak berada di area bertemunya lempeng Indo-Australia dan Eur-Asia. Sebelum masuk sesi penjelasan, Pak Dwi menekankan tujuan sosialisasi ini dilaksanakan yaitu mempersiapkan Dempoers yang tanggap dan tangguh dalam menghadapi bencana, khususnya gempa bumi. Bahkan, ia menyarankan agar sekolah membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana sesuai amanah kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lebih lanjut, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan saat bencana gempa bumi terjadi. Pertama, jika kita berada di dalam ruangan, kita harus berlindung di bawah meja. Kedua, melindungi kepala agar tidak terluka. Ketiga, menjauhi kaca. Terakhir, segera berlari ke tempat terbuka. Sesi simulasi pun dimulai pukul 08:45 WIB. Peserta didik kembali ke kelas masing masing. Sirene pertama berbunyi disusul seruan ”Gempa! Gempa!” sontak peserta didik langsung bersembunyi di bawah meja. Ada juga yang segera merengkuh tas untuk melindungi kepala mereka. Sirene kedua kembali nyaring terdengar, mereka pun berlari keluar melewati jalur evakuasi yang sudah ditentukan menuju lapangan. Simulasi ulang kembali dilakukan agar peserta semakin paham dengan cara evakuasi yang benar. Kali ini, mereka sudah lebih luwes dalam menyelamatkan diri sesuai instruksi petugas.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sebagai penyaji dari materi yang akan disampaikan kepada seluruh siswa-siswi kelas X & XI. Tim BPBD yang terdiri atas empat orang tersebut membuka acara tersebut dengan penuh semangat, dengan menyampaikan kata-kata pendahuluan serta rasa hormat yang ditunjukkan kepada SMA Katolik St.Albertus Malang. Mereka menekankan pada pagi hari tersebut, jika “Tangguh dalam Menghadapi Bencana” adalah salah satu slogan yang mereka miliki, serta merupakan motivasi bagi BPBD sendiri untuk menyikapi penanggulangan bencana. Mereka membagi kegiatan mereka dalam dua sesi, yaitu sesi teoritis serta praktek atau simulasi pencegahan bencana. Tim BPBD menjelaskan segala sesuatu mengenai bencana, termasuk pengertiannya, jenis-jenisnya, cara terjadinya, dan cara kita untuk meminimalisir serta tanggap dalam mencegah bencana alam.
Peserta didik kelas X sampai kelas XI berkumpul di lapangan. Sesi pertama adalah pendahuluan di mana para petugas penanganan bencana alam menjelaskan berbagai bencana seperti bencana alam yang disebabkan oleh alam, bencana non-alam yang disebabkan manusia, dan bencana sosial yang disebabkan konflik sosial. Kemudian, para petugas memberitahu bahwa kecil kemungkinan bencana alam seperti gempa dapat terjadi di kota Malang. Para petugas pun meminta para peserta didik untuk menjelaskan serta memberikan alasan kecil kemungkinan saat terjadinya gempa, kemudian peserta didik menjelaskan dengan berbagai pendapat serta argumen yang disampaikan oleh sebagian peserta didik. Setelah mendengar penjelasan, mereka lanjut menjelaskan kembali tentang bencana gempa yang sering terjadi, terutama di kota Jepang, dan tercatat sudah memakan banyak korban jiwa. Para petugas pun lanjut menjelaskan kegiatan simulasi ini dengan bertujuan agar peserta didik siap menghadapi gempa dan memiliki sikap tangguh. Mereka kemudian menjelaskan bahwa dalam menghadapi gempa peserta didik harus melindungi kepala mereka menggunakan benda apapun yang dapat digunakan dan harus berada pada luar ruangan serta membuat peta rawan bencana. Setelah itu, peserta didik diminta untuk kembali menuju kelas mereka masing-masing agar simulasi gempa di mulai, pada simulasi ini peserta didik diminta untuk melindungi kepala mereka pada sirene pertama dan segera kembali ke lapangan sambil melindungi kepala mereka setelah sirene kedua.
Pada simulasi pertama, peserta didik terlihat masih belum memahami apa yang harus mereka lakukan. Ada sebagian peserta didik tidak fokus dan sibuk berbicara dengan teman, serta duduk santai di atas kursi saat sirene pertama dibunyikan. Ketika sirene kedua kembali dibunyikan, banyak para peserta didik yang terlihat tidak mengikuti instruksi untuk melindungi kepala mereka. Setelah semua peserta didik berkumpul di lapangan, para petugas merasa kurang puas dengan simulasi ini dan meminta kepada seluruh peserta didik untuk simulasi ini diulangi kembali.
Pada simulasi kedua, peserta didik mengikuti instruksi yang di mana mereka langsung melindungi kepala mereka, ketika sirene pertama dibunyikan. Kemudian sirene kedua dibunyikan, para peserta didik kemudian mulai berbondong-bondong menuju lapangan sambil melindungi kepala mereka dengan berbagai barang yang dibawa. Para petugas merasa senang dengan simulasi ini dikarenakan peserta didik melindungi kepala mereka dengan benda yang bermacam-macam mulai dari helm, penutup sampah, meja ping-pong, dan matras.
Para pemateri pun mengapresiasi para peserta didik yang mengikuti kegiatan. Bahkan menyampaikan rasa bangga kepada peserta didik karena telah melaksanakan instruksi dengan baik dan lancar. Setelah penyampaian kata sambutan dari Wakil Kepala Sekolah di bidang kesiswaan, Rm. Antonius Denny C.S., O.Carm., mewakili Kepala SMA Katolik St. Albertus, Br. Antonius Sumardi, O.Carm., memberikan ucapan terima kasih kepada pemateri setelah itu foto bersama para peserta didik.
Agar, siswa Kelas X-1 yang mengikuti acara Penanggulangan Bencana mengatakan bahwa acara ini sangat bermanfaat bagi peserta didik. Selain informasi mengenai jenis bencana dan cara penanggulangannya, peserta didik mendapatkan pengalaman hidup yang berharga. Selain itu, meningkatkan kepekaan terhadap bencana dan kepedulian terhadap lingkungan maupun sesama.


