Penanganan Kasus Ekstrem/Bullying dari Sisi Psikologis dan Spiritual (Webinar Guru BK SMP Se-Indonesia)
Penulis : Krishnawaty Mulyadi. Editor : Agatha Regina Pratiwi
Apa yang Anda pikirkan ketika mendengarkan kata bullying atau mungkin kasus ekstrem? Mungkin Anda sering mendengar mengenai kasus bullying atau kasus ekstrem, tetapi bagaimana jika terjadi di antara keluarga kita atau bahkan ke diri kita sendiri? Hal tersebut dapat terjadi dimana saja dari kalangan anak-anak hingga dewasa, tak terkecuali pada anak remaja. Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) rentan terkena bullying, hal ini dikarenakan mereka berada pada tahap transisi yakni perubahan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa transisi ini ditandai dengan banyak perubahan. Mulai dari bentuk fisik, emosional, lingkungan bahkan jati diri pun dapat berubah pada masa ini. Pada umumnya, pada tahap ini ditandai dengan keingintahuan yang besar pada diri remaja untuk mencoba berbagai hal pada diri maupun lingkungan. Dari segi lingkungan, diharapkan untuk membantu anak remaja untuk mencapai tahap perkembangan yang seharusnya. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya dari segi pertemanan tetapi juga dari keluarga sendiri. Bagaimana jika keluarga yang seharusnya menjadi faktor pendukung utama untuk membantu anak remaja melewati tahap perkembangannya sehingga tidak terjadi peristiwa perundungan (bullying) atau peristiwa yang membuat anak remaja menjadi tertekan dan mencari pelarian dengan menyakiti diri baik fisik maupun psikis.
Menanggapi hal tersebut, SMA Katolik St. Albertus peduli dan ingin membantu bapak/ibu guru khususnya guru BK dalam menangani kasus ekstrem/bullying. Webinar yang dibawakan oleh Rm Dr Paulus Teguh Kusbiantoro, O.Carm ini dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 10.00. webinar ini diikuti oleh 77 guru BK se-Indonesia mulai dari Ende hingga Padang. Pada pemaparannya, Romo Paulus Teguh menjelaskan perihal banyaknya faktor yang mempengaruhi mengapa anak melakukan bullying salah satunya adalah faktor pola asuh orang tua. Terdapat 5 tipe pola asuh orang tua yakni keluarga seimbang, keluarga kuasa, keluarga protektif, keluarga renggang atau kacau dan keluarga simbiotik. Dalam tiap-tiap keluarga ini, Allah hadir dan berada di dalam keluarga tersebut yang dicerminkan melalui orangtua. Remaja yang berasal dari keluarga seimbang, umumnya tidak akan melalukan tindakan bullying. Hal ini dikarenakan mereka mendapat pola asuh yang seimbang antarkedua orangtua. Sedangkan keluarga di luar seimbang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan bullying yang cukup besar. Peran guru BK di sini adalah membantu remaja dalam memperkuat karakter dan kemandirian diri konseling/siswa, agar di masa depan mampu mandiri dan mampu mengemban tanggung jawab sosial. Guru BK diharapkan untuk dapat menerima kondisi remaja dalam keadaan apapun. Selain itu, guru BK diharapkan untuk tidak menghakimi remaja yang bertindak sebagai pelaku maupun korban bully. Di akhir webinar, beliau berpesan agar guru BK tetap dapat mengembangkan kemampuan yang mereka miliki khususnya dalam hal mengasah kemampuan siswa dalam pengayaan diri yakni kemampuan untuk lebih menghargai diri sendiri yang dimulai dari kelemhan dan kelebihan diri sendiri. Sampai berjumpa di webinar tahun depan. Viva Dempo!