Eksplorasi Generasi Z: Generasi pemaju Pendidikan Indonesia
Penulis: Dorothea Bening Larasati / XII IPS 2
Zaman akan terus berubah, seperti halnya manusia dalam kehidupannya. Setiap zaman memiliki kelompok umur generasi yang berbeda-beda, sebut saja generasi milenial yang lahir di tahun 1981-1996. Tapi tahukah jika ada satu generasi yang digadang-gadang akan menjadi kunci penting dalam perkembangan di Indonesia? Generasi itu ialah Generasi Z. Tapi mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Sebelum lebih jauh ke pusat masalah, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu Generasi Z. Apa itu generasi Z? Menurut Rosariana dalam Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Generasi Z adalah generasi yang lahir mulai tahun 1996 hingga 2012. Bisa diartikan juga bahwa Generasi Z adalah generasi yang lahir setelah Generasi Milenial. Dalam perkembangannya, menurut sensus kelompok umur tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Generasi Z menyentuh angka 41.129 jiwa. Jumlah ini dibilang cukup fantastis jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Generasi Z memiliki ciri-ciri yang membuatnya berbeda dari generasi sebelumnya. Menurut Savira dalam liputan6.com, beberapa ciri-cirinya antara lain cepat belajar, mahir memakai teknologi, senang berkomunikasi di dunia maya, dan suka mengeluarkan ide kreativitas mereka. Dengan ciri-ciri tersebut, maka tidak heran jika Generasi Z akan lebih mudah dalam mengekspresikan diri mereka untuk membuat sesuatu yang lebih baik.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, bisa dilihat bagaimana potensi Generasi Z dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dirasakan dari mahirnya siswa/siswi dan guru di zaman sekarang dalam menggunakan teknologi saat pembelajaran. Tujuannya tidaklah lain adalah sebagai jembatan pembelajaran antara guru dan pengajar, serta mencari ilmu-ilmu lain yang dapat membantu mereka dalam belajar. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan penggunaan teknologi pada masa pandemi Covid-19 yang mengharuskan sekolah memakai fasilitas digital dalam menunjang proses belajar mengajar. Teknologi yang dimaksud adalah penggunaan gadget dan beberapa website seperti Google Classroom, Google Meet, dan situs-situs terpercaya lainnya.
Selain mahirnya dalam memakai teknologi, komunikasi adalah aspek penting dalam membangun relasi dengan banyak orang. Apalagi komunikasi tersebut dilakukan di dunia maya terutama di media sosial, seperti Instagram, Facebook, Twitter, TikTok, dan lainnya. Dalam dunia pendidikan, mereka dapat membagikan ilmu-ilmu seperti materi pelajaran, update terbaru seputar pendidikan, promosi sekolah, dan lainnya. Selain itu, berkomunikasi di dunia maya dapat mempererat persahabatan antar sekolah, guru, dan siswa dengan lebih cepat. Contohnya adalah promosi kegiatan yang dilakukan oleh SMA Katolik St.Albertus (Dempo) Malang menjelang kegiatan-kegiatan besar seperti Dempo Cup, Dempo Fair, promosi sekolah, dan lainnya.
Dengan adanya teknologi dan komunikasi di dunia maya, mereka dapat mengekspresikan ide dan kreativitas mereka lewat media sosial yang ada. Penyaluran ide yang kreatif di media sosial membuat generasi ini lebih gampang mengkritik ataupun memberi saran untuk perubahan yang lebih baik. Penyaluran ide inilah, generasi muda diajarkan untuk lebih kritis terharap fenomena dalam dunia pendidikan dan dapat mencari solusi yang terbaik.
Tentu dari banyaknya kelebihan dari generasi ini, mereka juga sangat rentan terkena depresi. Menurut Mada dalam Kompas.com, dalam dua tahun mendatang, 30 persen penduduk dunia berusia antara 13 tahun sampai 28 tahun. Kelompok usia tersebut juga kerap mengeluhkan masalah kesehatan mental. Hal ini dapat dipicu karena salahnya pergaulan, lingkungan keluarga dan rumah, dan penyalahgunaan media sosial. Hal itu mengakibatkan kelompok ini menjadi sedikit tertutup terhadap dunia luar dan depresi dengan keadaan yang ada. Depresi ini juga diperparah dengan adanya pandemi covid-19 yang mengubah kelompok ini menjadi “Generasi Zoom” lantaran selalu menggunakan aplikasi telekoferensi tersebut setiap melakukan pembelajaran dan sulitnya akses tatap muka di sekolah.
Lantas, bagaimana perkembangan Generasi Z dalam dunia pendidikan di Indonesia? Menurut Sampoerna University, perkembangan dari Generasi Z dalam dunia pendidikan terutama di sekolah dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari kita, banyak sekali anak SD, SMP, sampai SMA sudah memegang perangkat-perangkat elektronik salah satunya adalah handphone yang canggih. Selain itu, cara pembelajaran di sekolah juga sudah mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Hal ini telah direalisasikan sejak zaman pandemi Covid-19. Generasi ini mungkin belum memasuki usia produktif di usia 9 hingga 22 tahun. Tetapi, mereka akan memasukinya dengan memikul harapan besar dari negara. Hal ini tidak mengherankan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengharapkan perubahan besar dalam perkembangan Indonesia lewat Generasi Z ini.
Sebagai remaja Generasi Z, kita akan sadar bagaimana baik tidaknya Generasi Z dalam dunia pendidikan. Kita haruslah mengambil sisi positif dalam menyikapi permasalahan Generasi Z saat ini. Caranya adalah bijak dalam menggunakan teknologi dan media sosial, mengkritik yang sewajarnya, dan mengenali diri sendiri. Bagi siswa/siswi, kita haruslah berpikir kritis dan selalu berinovasi lewat karya-karya luar biasa untuk menunjang pendidikan. Dengan begitu, kita bisa menjadi Generasi Z yang baik dan bijak untuk perkembangan pendidikan di Indonesia ke depannya.