Penulis: Agustinus Mardiyanta. Editor: Antonius Sunarto
Rasanya masih kemarin siang saya diundang Romo Sis di ruangan beliau sekitar bulan Mei 1994. Waktu itu beliau tampaknya ingin mempertegas keinginan saya bergabung dengan sekolah hebat SMA Katolik St. Albertus Dempo Malang. SMA Dempo tidak begitu asing karena di samping sekolah favorit yang menjadi impian kaum muda, kedua adik saya Chatarina Sri Puji Astuti (1988) dan Theresia Ratna Susilawati (1994) juga pernah mengenyam pendidikan di sekolah tercinta ini. Selain itu, meskipun sejak 1992 saya mengajar di SMAK Cor Jesu, saya sering ikut berolahraga bulu tangkis di Aula SMA Katolik St. Albertus dan berperan juga mewakili Ibu saya almarhum menjadi wali murid atas adik terkecil saya Theresia Ratna Susilawati tersebut.
Waktu itu beliau membuka percakapan dengan berbahasa Jawa,”Sampun mantep badhe mucal ing mriki? Lare-lare “nakal-nakal”. Apakah saya sudah mantap memilih SMA Dempo dengan murid yang dalam bahasa beliau “nakal”. Pertanyaan tersebut membuat saya sempat ragu-ragu juga karena sekolah lain juga mengirim surat panggilan untuk mengajar di sekolah tersebut.
Waktu itu, kemudian di ruangan Rm. Siswanto hadir Br. Vianney dan Bapak Sudiro mendampingi Rm. Sis. Pada saat kami berempat “ngobrol”, saya merasa diterima sebagai keluarga. Kebapakan Rm. Sis menjadikan perasaan saya adem. Atas peran saya sebagai wali murid dan seringnya berolahraga di Dempo menjadikan saya juga mengenal banyak guru dan karyawan. Semua itu memperteguh dan memantapkan saya untuk bergabung dengan keluarga SMA Dempo.
Sekolah Keluarga
Ungkapan “Dempo is My Second Home” saat itu benar-benar saya rasakan. Selain kebapakan Romo Siswanto, relasi Bapak dan Ibu Guru/Karyawan juga benar-benar guyup. Beberapa kali pimpinan mengunjungi keluarga saya. Antarguru/karyawan berkumpul masak dan makan bersama di rumah salah satu guru/karyawan. Saat ada yang sakit dan berkesusahanpun, kami beramai-ramai berkunjung. Meski masih baru, saya semakin yakin diterima sebagai keluarga dengan keterlibatan di Paguyuban Dana Sosial Dempo. Mulai dari peran sekretaris pada periode kepemimpinan Bapak F.X. Sugito dan dilanjutkan sekretaris pada periode kepemimpinan Bapak Sunyoto, dan dilanjutkan sebagai bendahara pada periode kepemimpinan Ibu Yuliati dan pengawas pada periode kepemimpinan Bapak Thomas. Bertahun-tahun sebagai pengurus menjadikan saya benar-benar belajar bagaimana membangun sikap sosial, belajar memperhatikan: bergembira saat rekan gembira, ikut prihatin dan ikut meringankan ketika rekan berkesusahan.
Kekeluargaan itu juga terbangun dengan menjadi bagian dari berbagai kegiatan di Dempo, entah sebagai pelaksana atau pengurus kepanitiaan, baik sesama guru dan karyawan, maupun dengan para murid. Setelah beberapa tahun di Dempo, saya menyadari bahwa para muridpun banyak yang mempunyai hubungan keluarga. Yang bersekolah di Dempo bisa jadi anak, cucu, ponaan, sepupu, atau sekadar sahabat dan kenalan. Tidak mengherankan bila masalah sekecil apapun yang secara internal belum diketahui atau belum disadari , bisa jadi sudah banyak diketahui oleh pihak luar.
Sekolah Sibuk
Sejak awal menjadi bagian dari keluarga Dempo, SMA Katolik St. Albertus saya kenal sebagai sekolah super sibuk. Kegiatan utama memang kegiatan akademis, yaitu kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Namun, ada saja berbagai kegiatan pada setiap tahun, baik berupa kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan OSIS, Klub Persiapan Lomba, dan kegiatan dari sekolah lainnya. Meskipun pada awal menjadi bagian Dempo tidak diperkenalkan secara terumus, saya merasa berbagai kegiatan itu diarahkan sekolah sebagai perwujudan tiga pilar kehidupan para Karmelit, yaitu doa, persaudaraan, dan pelayanan.
Sebagai perwujudan pilar doa, sebenarnya saya merasa bukan sebagai guru yang mengajar, tetapi saya belajar bersama, baik dengan rekan pendidik, kependidikan, dan para murid. Kegiatan doa saya rasakan tidak hanya terwujud lewat doa pagi sebelum belajar mengajar dan siang menjelang pulang sekolah, tetapi juga aneka kegiatan kerohanian seperti misa kudus, rekoleksi, retret, bina iman, KKSD, dan ziarah. Meskipun bukan berlatar kataketik atau juga teologi, saya sangat beruntung sejak awal menjadi bagian Dempo selalu terlibat secara langsung dalam kegiatan tersebut. Saya merasa termanjakan dalam kegiatan iman bersama para Karmelit, para frater dari STFT Widya Sasana, rekan-rekan guru yang ikut mendampingi, dan dari para murid sendiri. Terima kasih Br. Vianney, yang sejak awal di Dempo memberi kepercayaan dan dilanjutkan Rm. Michael Mulyo, Rm. Waris, Rm. Sixtus, Rm. Nano, dan terakhir Rm. Dio. Bersama mereka saya merasa punya guru-guru iman yang luar biasa.
Berkaitan dengan pilar persaudaraan, selain kegiatan yang saya rasakan di atas, ada kegiatan yang menambah persaudaraan seperti acara tutup tahun, hari besar keagamaan, dan rekreasi bersama. Hanya karena pandemi sekarang ini, memang belum ada kegiatan yang memungkinkan berkegiatan kembali bersama keluarga.
Berkaitan dengan pilar pelayanan, saya tidak pernah menolak tugas yang diberikan pimpinan sekolah. Tugas utama memang mendampingi anak-anak sesuai bidang profesi mata pelajaran bahasa Indonesia. Secara normatif mungkin saya rasakan hanya menyampaikan apa yang ada dalam kurikulum. Namun, boleh berbangga mengenal Kurikulum 1994, 2006, dan 2013 dengan kekhasan masing-masing. Yang membanggakan lain berada di Dempo adalah kesediaan para pendidik lain bersama-sama dengan guru bahasa Indonesia menyiapkan para murid masuk dalam dunia akademis yang sesungguhnya yaitu berliterasi menulis karya ilmiah. Ini jalan panjang yang merupakan keprihatinan Romo Albertus Herwanto sewaktu menjadi kepala sekolah atas keluhan beberapa dosen yang kebetulan diundang ke sekolah untuk bersharing ilmu menyatakan banyak mahasiswa yang tertunda kelulusan gara-gara karya tulis. Bersyukur kini menulis juga menjadi salah satu sasaran mutu sekolah. Bersyukur pula sekarang diupayakan literasi membaca yang melibatkan para Pendamping Akademik. Ini sangat berguna membantu para murid meningkatkan kualitas karya tulis mereka. Secara khusus saya bangga dan berterima kasih bergabung dengan Tim Bahasa Indonesia yang luar biasa. Dalam hal ini saya berterima kasih atas Tim Bahasa Indonesia yang hebat mulai Pak Diro, Pak Widji, Pak Tik, Pak Sun, Bu Eny. Ada juga beberapa guru Bahasa Indonesia yang sempat bergabung seperti Pak Martin, Bu Dike, Bu Nurvita, dan Pak Ardi. Mereka juga luar biasa. Kini ada tambahan bertiga yang masih muda dan sangat potensial, semoga Pak Bagus, Bu Hana, dan Bu Agatha bisa awet sekurang-kurangnya seperti saya.
Saya bersyukur mengalami hampir semua tugas di sekolah. Tugas awal yang cukup lama mulai tahun kedua mengajar sampai tahun 2007 dan disambung tahun 2009 adalah wali kelas. Tugas yang menguras tenaga dan pikiran karena jumlah anak dalam satu kelas cukup besar dengan beragam latar belakang anak dan kecenderungan permintaan anak untuk berkegiatan di luar jam sekolah. Terkadang kegiatan di luar jam sekolah menjadi dilema tersendiri. Meskipun tidak diizinkan sekolah, saya merasa perlu memantau karena kalau terjadi apa-apa tetap membawa nama baik sekolah.
Tugas lain yang saya jalani adalah periode 2008-2009 bersama Pak Irenius membantu bidang PSDM, tahun 2010-2013 mendampingi OSIS membantu Waka Kesiswaan Rm. Sixtus, tahun 2013-2018 di Tim Kesiswaan membantu Waka Kesiswaan Rm. Nano, dan terakhir tetap di Tim Kesiswaan membantu Waka Kesiswaan Rm. Dio. Saya bangga bekerja sama dengan para romo dan anggota tim yang hebat, disiplin, telaten, tekun mulai awal, seperti Pak Yosef, Pak Hari, Pak Joko, Pak Galih, Bu Agnes, Bu Ajeng, dan Pak Yulius. Kemudian menyusul Bapak Thomas, Bapak Wahyu, Pak Windi, dan Bapak/Ibu Guru muda seperti Pak Nur, Bu Dewi, Pak Rizky, Pak Felix, Bu Widia, Pak Wawan, dan Pak Indra.
Tugas lain yang menarik adalah keterlibatan dalam kegiatan Live in dan Pramuka. Live in sangat membantu sikap empati anak dalam kehidupan masyarakat sederhana atau berkekurangan. Kegiatan yang awal mula hanya diikuti oleh sebagian kecil siswa Dempo ini lebih diarahkan kepada masyarakat kecil di pedesaan. Saya bersyukur sekarang bisa melibatkan semua siswa kelas XI dan lebih bervariasi sesuai kebutuhan pengembangan karakter siswa. Yang di pedesaan masih dipertahankan, tetapi ada tambahan seperti di panti asuhan, panti anak berkebutuhan khusus, panti jompo, dan komunitas masyarakat dengan iman lain. Dalam mejawab pembinaan karakter nasionalis, bersama Rm. Sixtus menggodog kegiatan kepanduan. Pada tahun 2010, berusaha bekerja sama dengan Kwarcab Kota Malang untuk membina generasi muda bangsa yang belajar di Dempo dengan kegiatan keanduan. Bersyukur tahun-tahun berikutnya ada Pak Joko dan Pak Nur yang sangat berpengalaman dalam kegiatan Pramuka dan banyak Bapak dan Ibu Guru bersedia terlibat sehingga kegiatan ini semakin terarah. Menjadi PR besar bagi Dempo untuk menjadikan Pramuka Dempo mempunyai pangkalan sendiri.
Hal lain yang membanggakan, sejak Rm. Nano menjadi komandan kesiswaan, alur pembinaan siswa semakin mantap. Tiga pilar kehidupan Karmelit, berupa doa, persaudaraan, dan pelayanan sungguh dihidupi dan dipertegas menjadi spiritualitas atau karisma sekolah khas Dempo: (D)oa, (E)galiter bersaudara dengan siapa saja, (M)elayani siapa saja tanpa membedakan, (P)ekerja keras, dan (O)ptimis penuh harapan di dalam Tuhan. Ini diucapkan untuk dihidupi mulai siswa masuk dan menjadi komitmen yang diucapkan waktu graduasi. Meski di masa sulit sekarang, Rm. Dio bersama Tim di Pastoral Care tetap berjuang mewujukan ini. Saya ikut bangga Dempo bisa terlibat mengisi jagat media dengan isian yang positif dan inspiratif. Harapannya, lulusan Dempo sungguh-sungguh menjadi pribadi DEMPO.
Sekolah Kehidupan
Selama hampir 27 tahun menjadi bagian dari Dempo, sungguh saya merasa banyak mendapatkan dari Dempo. Secara khusus saya berterima kasih kepada romo-romo yang menjadi ketua yayasan mulai Rm. A.J. Sudibjo, Rm. E. Siswanto, Rm. Kasmono, Rm. Servus, Rm. Djono, sampai Rm. Dion Kosasih beserta staf yayasan Sancta Maria Malang. Terima kasih kepada para kepala sekolah, staf pendidik dan kependikan di Dempo mulai Rm. E. Siswanto, Rm. Michael, Rm. Waris, Rm. Albertus, Rm. Agung, Br. Mardi, sampai Rm. Abadi. Terima kasih kepada Ikatan Alumni St. Albertus (Ikesa), Komunitas Pendidikan Dempo (KPD), para orang tua yang mempercayakan putra-putrinya ke Dempo, dan anak-anak Dempoers yang saya dampingi secara langsung atau sekadar bersama menjadi keluarga di Dempo.
Saya bangga diberi kepercayaan oleh yayasan dan sekolah karena boleh mengaplikasikan ilmu yang saya dapatkan dari sekolah sebelumnya atau aneka pembinaan. Saya bangga dipercaya mendamping anak-anak “nakal” dalam bahasa Rm. Sis, tapi luar biasa bagi saya. Dalam konsep saya “nakal” karena mereka berani menyatakan keinginannya keluar dari pakem kehidupan untuk menemukan jati dirinya. Pengalaman membuktikan bahwa mereka yang “nakal” dalam bahasa Rm. Sis sekarang umumnya menjadi orang yang tidak hanya berguna melayani keluarga, tetapi juga masyarakat tempat mereka hidup. Saya bangga, terlibat di dalam sekolah yang menerapkan sistem manajemen terpercaya ISO 9001: 2001 yang diperbarui ISO 9001: 2015. Sangat sulit menata sekolah yang besar sepeninggal Rm. E. Siswanto yang karismatik dalam pendidikan sehingga dengan sistem manajemen ini sangat membantu manajemen sekolah dan sekolah menjadi terpercaya. Saya juga merasa bangga pernah terlibat bersama Bapak Fox Wasono dan Ibu Eny Lestari beserta pengurus KPD dalam kepengurusan yang berbeda selama saya menitipkan kedua anak saya Benediktus Diptyarsa dan Maria Yesica Dionita di sekolah tercinta. Kebanggaan lain adalah Dempoers mau kembali ke Dempo entah sekadar menengok, sebagai pembicara sebagai profesional, mendampingi Dempoers muda sebagai mentor lomba atau kegiatan lain, atau bahkan ada yang bersedia mengabdi seperti Bu Mida, Pak Petrus, Pak Ricky, Bu Ajeng, Bu Dewi, Pak Nur, Be Dhea, Bu Monica, dan Bu Yemima. Itu luar biasa. Kemauan Dempoers untuk terlibat akan menjadikan Dempo tetap hebat dan favorit.
Saya merasa tidak hanya diberi kebutuhan kehidupan jasmani karena menjadi guru di SMA Katolik St. Albertus Malang, tetapi juga kebutuhan lain karena mempermudah peran kehidupan saya bersama keluarga di Gereja dan masyarakat di tempat saya tinggal. Mungkin karena menjadi guru Dempo, saya dipercaya sebagai pengurus lingkungan, ketua lingkungan, panitia atau kepengurusan di gereja saya. Mungkin karena guru Dempo saya dipercaya menjadi pengurus RT, ketua RT, dan pengurus RW di tempat saya tinggal. Saya merasa bahwa posisi guru dalam masyarakat akan berpengaruh juga terhadap kepercayaan masyarakat terhadap Dempo tercinta. Saya lihat beberapa keluarga di sekitar saya menitipkan putra-putrinya ke Dempo.
Saya bersyukur, dulu tidak bisa masuk Dempo karena keterbatasan orang tua, akhirnya bisa masuk Dempo seperti kedua adik saya meski dengan peran lain. Kedua orang tua saya Bapak Ambrosius Sadiman dan Ibu Maria Magdalena Saonah pasi bangga melihat anaknya bersekolah di sekolah terbaik yang menjadi impian banyak orang. Saya juga bersyukur atas peran istri tercinta Maria Magdalena Sri Widajati yang setia mendukung peran saya berada dalam kapal besar Dempo is My Second Home.
Akhirnya, kesempatan saya terlibat secara langsung dalam lembaga SMA Katolik St. Albertus Dempo Malang memang bisa berakhir. Tapi, dalam keterlibatan secara tidak langsung, saya merasa tidak pernah berakhir. Sebagai warga Dempo saya sudah lulus, tetapi sebagai warga kehidupan, saya masih terus harus sekolah. Sebagai pribadi dan keluarga, saya merasa tetap membutuhkan dukungan dari Dempoers. Kita bisa saling menguatkan dalam doa-doa kita. Dalam keyakinan saya, doa tidak dibatasi oleh dimensi waktu dan tempat. Rm. Sis tetap mendoakan kita. Rm. Sixtus tetap mendoakan kita. Para romo dan Dempoers yang sudah berbahagia di surga mendoakan kita semua. Bila kita menutup mata, masih ada kehidupan berikut yang lebih indah untuk menjadi satu keluarga. Dalam keterbatasan saya, saya hanya bisa mohon maaf. Semoga Mars Dempo tetap bergema, “Jayalah Selamanya”. Mungkin suatu saat, cucu, cicit, dan seterusnya ada yang kembali ke Dempo yang tetap hebat, terbaik, dan favorit. Viva Dempo!
Tags:catholicseniorhighschool dempoers sekolahfavorit sekolahterbaik seniorhighschool siswaberprestasi smafavorit smakatolikfavoritmalang smaswastafavorit smaswastakatolik smaswastakatolikterbaikmalang smaswastamalang smaswastaterbaik smaterbaik vivadempo