Perbedaan yang Menyatukan: Pawai Keberagaman 2023
Penulis : Tiara Advenia Utoyo
Indonesia mini, panggilan itu sangat identik dengan keberagaman budaya yang ada di SMA Dempo. Keanekaragaman daerah yang dipunyai itulah, muncul suatu gagasan baru untuk mengadakan kegiatan pawai keberagaman yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda pada tanggal 29 Oktober 2023.
Panitia sudah merancang berbagai macam ide dengan melibatkan keikutsertaan peserta didik tiap kelas, guru, dan karyawan. Panitia juga merancang flashmob dengan pilihan tarian “Jaranan” yang sudah memiliki agenda latihan setiap hari Rabu dan Kamis mulai tanggal 18 – 19 Oktober 2023 kemudian dilanjutkan tanggal 25 – 26 Oktober 2023. Gladi bersih dilaksanakan di Jalan Talang juga dilaksanakan di tanggal 27 Oktober 2023 sebagai pemantapan akhir diikuti dengan gerakan drone di udara yang merekam kekompakan peserta didik SMA Katolik St. Albertus Malang dalam memeriahkan pawai keberagaman ini.
Sebelum terselenggaranya pawai keberagaman, guru serta karyawan merayakan peringatan hari Sumpah Pemuda dengan mengenakan busana daerah lengkap pada tanggal 28 Oktober 2023. Warna-warni pakaian dari berbagai daerah memunculkan rasa antusias dalam proses pembelajaran karena gaya berpenampilan guru dan karyawan yang berbeda dari biasanya.
Tak terasa sudah tiba di hari H acara. Peserta didik berkumpul di jalan Talang dengan berbagai macam pakaian daerah yang dikenakan dan berkumpul dengan grup satu kelas. Acara dibuka dengan apel pagi dan kata sambutan dari kepala SMA Katolik St. Albertus Malang, Br. Antonius Sumardi, O.Carm. Acara dilanjutkan dengan flashmob yang menarik perhatian masyarakat sekitar untuk menyaksikan kekompakan peserta didik SMA Katolik St. Albertus. Selain peserta didik yang berbusana daerah, ada beberapa peserta yang terpilih menjadi penampil maskot, penabuh gamelan, angklung, penari jaranan, reog, barongsai, dan pembawa bendera dari anggota paskibra Dempo.
Rute yang digunakan dalam pawai keberagaman dimulai melalui Jalan Talang – Jalan Ijen hingga daerah perpustakaan kota kemudian berputar kembali melewati Museum Brawijaya dan berakhir di Jalan Dempo. Di Jalan Dempo, terdapat background besar yang terpasang dilengkapi dengan pengeras suara. Rute terakhir ini merupakan panggung atraksi dimana setiap kelas yang sudah sampai di Jalan Dempo terlebih dahulu akan menampilkan penampilan mereka. Penampilan disajikan mulai dari drama, paduan suara, tari-tarian, hingga bantengan. Hal ini menarik perhatian masyarakat yang mengikuti CFD hingga muncul cuatan “CFD hari ini punya Dempo” oleh beberapa masyarakat sekitar.
Tentu hal ini merupakan hal yang baik untuk SMA Katolik St. Albertus Malang. Dengan adanya pawai ini, diharapkan dapat semakin mempererat kesatuan seluruh masyarakat dari berbagai suku, daerah, dan agama. Selain itu, dapat membudidayakan kembali warisan budaya di Indonesia agar tidak termakan oleh zaman. Viva Dempo!