Penulis: Aurelia Bianca Hanjaya. Editor: Agatha Regina.
Hai, aku Aurelia Bianca Hanjaya dari kelas XIIA2.
Selama kurang lebih 4 bulan, dari pertengahan November 2020 sampai pertengahan Maret 2021, aku turut berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar ke Jepang. Program yang bernama Asia Kakehashi Project ni merupakan program beasiswa yang didanai Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains, dan Teknologi (MEXT) Jepang kepada 1000 siswa SMA dari seluruh Asia. “Kakehashi” yang berarti jembatan dalam bahasa Jepang, mencerminkan bahwa anak-anak ini akan “dijembatani” pemahaman budaya ketika mereka sedang berada di Jepang, dan kelak menjadi “jembatan” yang menghubungkan seluruh Asia di masa depan. Program ini sudah terlaksana dalam kurun waktu 5 tahun kebelakang, dengan kurang lebih 200 anak bergabung tiap tahunnya. Di tahun 2020-2021, aku menjadi salah satu dari 24 anak perwakilan Indonesia yang dipilih untuk mengikuti program ini.
Kalau ditanya, kok bisa sih cuti sekolah berbulan-bulan untuk belajar ke negeri asing? Sejujurnya, awalnya aku juga tidak tahu kalau hal seperti ini bisa terwujud, namun pihak sekolah sangat mendukung dengan memberikan izin dan rekomendasi, sampai akhirnya aku bisa mendapatkan beasiswa ini. Tentunya ini semua terjadi setelah melalui proses seleksi yang panjang bersama dengan Yayasan Bina Antarbudaya chapter Malang. Aku sangat bersyukur bersekolah di SMA Katolik St. Albertus yang sangat mendukung siswa-siswi dalam mengembangkan diri di segala bidang. Dengan demikian, aku bisa berangkat dan memperoleh banyak pengalaman di Jepang.
Di Negeri Matahari Terbit ini aku merasakan banyak hal baru. Tinggal bersama keluarga angkat di sini membuatku merasakan kehidupan Jepang yang sangat kental. Kalau di Dempo, mungkin bisa diumpamakan seperti live-in, cuma dengan durasi yang lebih panjang. Belajar di sekolah Jepang juga membuatku lebih terbuka ke dunia luar dan berkembang menjadi pribadi yang lebih mandiri. Berinteraksi dengan teman-teman di sini tentunya sangat berbeda, berkomunikasi dengan bahasa yang bukan bahasa ibu, serta mengikuti pelajaran di sekolah dengan basis kurikulum yang berbeda.
Hidup di lingkungan baru yang menggunakan bahasa dan budaya yang berbeda, tentu membuatku merasakan beberapa culture shock, Tapi hal ini benar benar membuka wawasanku, akan sesuatu hal yang tidak bisa kudapatkan dan kurasakan di Indonesia sebelumnya. Menjalani hari demi hari dengan menyandang nama Sang Merah Putih di dada dan juga memperkenalkan budaya Indonesia ke ke negeri orang, menjadi pengalaman yang sangat mengesankan. Aku berharap bahwa aku dapat memberi kesan yang baik selama 4 bulan ini kepada semua orang yang kutemui di sana, sebagai duta budaya Indonesia dan juga sebagai duta sekolah mewakili para Dempoers.
Pesanku kepada teman-teman, jangan ragu untuk mengembangkan diri kalian. Rasa ragu, terlebih perasaan malu memang sering muncul, misal ketika kita memutuskan nggak ikut hangout sama teman-teman, karena kalian lebih memilih belajar ataupun berlatih keras demi mencapai tujuan yang kalian perjuangkan. Percayalah, semua hal ini memang tak enak di awal, tapi nantinya akan membuahkan hasil yang lebih membanggakan. Rajinlah memacu diri dan memperdalam minat dan bakat kalian, baik dalam bidang akademis, olahraga, seni, organisasi, maupun yang bidang lainnya yang teman-teman minati.
Pergunakanlah masa SMA kalian dengan bijak, carilah teman dan kenalan sebanyak-banyaknya, jangan lupa juga untuk selalu berdoa dan berserah pada Tuhan. Sehingga nanti, ketika melangkah ke dunia luar, teman-teman sudah memiliki modal yang cukup dan siap berkembang menjadi pribadi yang unik dan lebih baik lagi. Jangan lupa bahwa apapun yang kalian perjuangkan, Tuhan akan selalu memberkati dan memberikan jalan yang terbaik, dan tentunya SMA Katolik St. Albertus akan selalu mendukung dan membantu setiap langkah kalian. VIVA DEMPO!!
Previous