AIR: JARAK DAN KONEKSI
Penulis: Nur Christian (Guru biologi)
Air dan Peradaban manusia
Peradaban Mohenjo-Daro dan Harappa dekat dengan lembah sungai Indus. Peradaban Mesir di dekat sungai Nil. Peradaban Mesopotamia dekat Sungai Eufrat dan Tigris. Peradaban Hindu Tarumanegara terletak dekat Sungai Citarum. Kerajaan Majapahit memanfaatkan aliran sungai Brantas yang bermuara di Laut Jawa sebagai penghubung wilayah pedalaman dengan pesisir. Kerajaan Singasari (Malang) secara geografis terletak di tepi Sungai Brantas. Sejarah peradaban menunjukkan manusia tidak pernah bisa lepas dari kebutuhan akan air, jaraknya dekat sekali. Di Malang Raya sendiri, banyaknya situs Hindu secara tidak langsung menunjukkan wilayah ini kaya akan sumber air bersih. Hingga saat ini pun, kita perlu bersyukur masih bisa menikmati terpenuhinya kebutuhan air bersih. Meskipun air bersih masih terpenuhi dan dapat dinikmati di area hulu Sungai Brantas, faktanya kita mengetahui bersama bahwa kejadian sungai tercemar, hitam, dan berbau adalah pemandangan umum yang sedang terjadi. Sungai saat ini seperti “tempat sampah besar” di mana manusia bebas membuang sampah di sungai.
Sampah diapers yang dibuang ke sungai (dokumentasi pribadi).
Pelatihan Pengamatan Kualitas Air
Sebagai bentuk kepedulian akan lingkungan khususnya air, JKPKA (Jaring-jaring Komunikasi Pemantauan Kualitas Air) di bawah naungan Perum Jasa Tirta (PJT) secara intensif memantau kondisi kualitas air. Di area Malang raya sendiri, pemantauan ini melibat berbagai elemen masyarakat, guru, dan peserta didik. Metode pemantauan kualitas air dilakukan dengan parameter biologi, kimia, fisika, dan geografi. Dengan metode ini, tentunya juga menjadi sebuah proses pembelajaran yang menarik dan bermakna khususnya peserta didik (generasi muda) yang sedari awal dilibatkan berperan dalam masalah lingkungan hidup khususnya air, seperti yang terjadi saat pelatihan pemantauan kualitas air dan regerasi anggota JKPKA pada tanggal 19 Oktober 2024 di SMA Negeri 6 Malang. Peserta pelatihan tidak hanya diberi teori dan pengenalan akan JKPKA, namun juga terjun berpraktik langsung mengamati kualitas air sungai, menganalisis data, dan akhirnya dipresentasikan. Baik Peserta didik maupun guru pendamping ramai-ramai terjun ke sungai berbasah-basahan untuk mengamati kualitas air.
Levin (XII-A.7) sedang melakukan pengamatan kualitas air sungai
Levin (XII-A.7) sedang mepresentasikan hasil analisisnya
Apakah Penting? dan Mengapa Penting?
Ya! Sangat penting! Mengapa penting? Kiranya berikut beberapa alasan mengapa kualitas air perlu diperhatikan.
1. Bahaya yang Tersembunyi (Laten)
Secara geografis, Kota Malang bersama Kota Batu terletak pada bagian hulu Sungai Brantas, salah satu sungai besar di Pulau Jawa. Kondisi bagian hulu sungai dengan hilir sungai tentu berbeda. Mungkin saat ini bagian hulu masih berkelimpahan sumber air bersih. Hal berbeda dirasakan bagian hilir. Secara umum, kondisi berkelimpahan memberi bahaya tersembunyi “tampak baik-baik saja namun sebenarnya tidak sedang baik-baik saja”. Kebutuhan air nyatanya masih terpenuhi. Sebagai contoh adalah air minum. Ketika air PDAM tidak dapat memenuhi harapan, air minum kemasan adalah solusi. Mari kita lihat dari perspektif lain. Dua masalah utama air dalam SDGs adalah sumber baku air bersih dan pengolahan limbah yang akhirnya mengalir ke sungai. Fakta air minum kemasan sebenarnya menunjukkan bahwa air bersih akan selalu tersedia untuk manusia, sehingga pada akhirnya mengaburkan fakta bahwa sebenarnya lingkungan perairan sedang tercemar atau mulai hilangnya banyak titik sumber mata air.
2. Manusia dan Siklus Alam
Manusia dengan pikiran, inovasi, dan teknologi telah membantu mempermudah kehidupan. Menjadi berbahaya apabila kemudahan tersebut mempengaruhi siklus alam, sebuah daur biogeokimia yang terus bergulir keluar masuk sistem kehidupan dan lingkungan. Namun apabila daur/siklus itu “terganggu” atau “diganggu” maka kita perlu mengingat bahwa alam memiliki kekuatan yang maha dasyat.
3. Masalah Rasa Solusi
Poin ketiga ini lebih tepat ditujukan untuk peserta didik (generasi bangsa) ataupun sebagai manusia secara utuh. Bahwa generasi muda perlu didekatkan dengan masalah itu sendiri. Agar benar-benar manusia itu menyelesaikan masalah yang riil/konkrit, bukan membuat-membuat/mencari-cari masalah atau seakan-akan hal tersebut adalah masalah namun sebenarnya bukan masalah. Mengajak generasi muda melihat masalah berarti menarik mereka menuju dunia nyata. Akhirnya melalui fenomena masalah tersebut, generasi muda dibawa pada olah rasa-sebuah gerak’an hati yang membawa kepedulian, simpati, empati yang menjadi dasar/pondasi untuk diwujudkan dalam bentuk solusi.
Apa yang Bisa Dipetik dari Ini Semua?
1. Untuk Generasi Muda
Kita memiliki relasi dengan Tuhan, kitapun berelasi sosial dengan teman-teman kita. Yang sering terlupakan adalah keterhubungan dengan alam lingkungan sekitar. Kondisi ini diperburuk dengan fenomena dunia virtual atau maya sosial media yang semakin memberi jarak dan memutuskan koneksi dengan alam. Maka, eksplorasi dan keseimbangan relasi menjadi penting.
2. Untuk Orang Tua
Makanan anak burung sebatas yang diberikan induknya. Maka mengenalkan lingkungan hidup sangatlah penting. Anak/generasi muda tidak boleh terus-menerus dibawa pada arus pencapaian tujuan. Berterima kasih setelah minum air putih adalah hal sederhana yang mengoneksikan. Kadang kita berjarak dekat dengan alam, namun tidak terhubung.
3. Untuk Sekolah
Masa SMA adalah masa akhir seorang remaja sebelum menuju pendidikan tinggi, di mana seorang anak dianggap sebagai manusia dewasa awal. Maka, sekolah menengah atas merupakan check point akhir untuk menitipkan pesan dan mendekatkan peserta didiknya pada lingkungan hidup sebelum anak mulai menjadi manusia dewasa. Bangunan kedewasaan manusia perlu juga menekankan sisi keberpihakan pada alam dan pengelolaan yang tidak eksploitatif membabi buta.
4. Untuk Guru
Pelatihan analisis kualitas air dengan metode pembelajaran yang digunakan dapat dikembangkan menjadi kegiatan pembelajaran yang mengasyikan, merangsang berpikir kritis, kolaboratif, multidisiplin ilmu, dan tematik tentunya bagi peserta didik. Guru dapat mengajak dan melibatkan beberapa guru dari disiplin ilmu yang berbeda untuk mendesain pembelajaran yang sangat kontekstual ini.
Penutup
Terpujilah Engkau, Tuhanku,
karena Saudari Air,
dia besar faedahnya,
selalu merendah, berharga dan murni.
Dikutip dari Gita Sang Surya- Fransiskus dari Asisi
Kita tidak pernah benar-benar bisa terpisah dari alam. Kita sangat tergantung dengan lingkungan alam. Mari, belajar seperti air yang memiliki manfaat (berharga), menyegarkan diri dengan selalu memperbaharui diri, memiliki kerendahan hati (kesederhanaan), takut akan Allah (kesalehan), serta memiliki kehormatan diri untuk memilih arus yang benar dan murni.