Menginjakkan Kaki ke Negeri Sakura

Penulis : Laras Sensei
Sungguh pengalaman yang sangat berharga bagi saya, Laras Pangoning Samaytiah, karena pada 28 Oktober 2024 – 13 November 2024 dapat mengikuti pelatihan pengembangan bahasa Jepang program CP Kenshuu (Pelatihan Counter Partner) yang dilaksanakan di Kita Urawa, Prefektur Saitama Jepang.
Pelatihan CP Kenshuu ini diselenggarakan oleh Japan Foundation dan diikuti terbagi menjadi dua grup, saya berada di grup 2 yang diikuti oleh 25 peserta dari seluruh Indonesia. Program CP Kenshuu ini diperuntukkan bagi guru yang menerima Program Nihongo Partner pada gelombang 20 dan 21. Selama pelatihan di sana, saya mendapatkan pelajaran yang sangat bermanfaat. Bertemu dengan berbagai guru bahasa Jepang dari berbagai kota di Indonesia.
Sebelum dimulainya pelatihan, kami diajak berlibur ke prefektur Oita selama tiga hari du malam. Saya menikmati pemandangan indah di Umi Jigoku, tempat rekreasi yang memiliki sumber air panas yang cukup luas dengan warna air biru muda. Di Umi Jigoku saya dapat berendam kaki saya dengan air hangat dan menikmati telur rebus yang direbus menggunakan air belerang.
Pada hari berikutnya, saya mengunjungi SMA Kitsuki dan Kampus APU (Asia Pasific University) yang berada di Oita. SMA Kitsuki adalah sekolah yang sangat besar dan mendukung siswanya dalam berbagai bidang seperti membuat kerajinan tangan, memasak, shodou (seni kaligrafi Jepang) dan olahraga, khususnya olahraga senam, judou, dan baseball.
Saya memulai pelatihan tanggal 1 November – 11 November 2024. Selama pelatihan, saya diajari bagaimana membuat aktivitas pembelajaran dan peran Native Speaker atau Nihongo Partner sebagai asisten di kelas selama pembelajaran bahasa Jepang. Saya juga belajar tentang kebudayaan atau infrastruktur yang menarik di Jepang, dibahas dan diteliti.
Di tempat pelatihan, saya mendapatkan Suica Card yang dapat digunakan untuk naik kereta. Maka, selama saya di sana saya menggunakan kesempatan itu dengan baik. Jepang adalah negara yang sangat praktis. Banyak kemudahan yang saya dapatkan contohnya berbelanja dengan cara self service, sehingga saya merasa sangat dimudahkan dengan hal itu.
Selama di Jepang, saya merasakan culture shock. Masyarakat Jepang sangat patuh dengan peraturan dan tertib melaksanakannya. Contohnya, membuang sampah pada tempatnya dan sesuai dengan jenis sampahnya. Antre dengan tertib saat mengantre di restoran, berbelanja, dan menunggu kereta datang. Meskipun orang-orang berkerumun, mereka dengan tertib dan menunggu giliran. Kemudian, toilet di sana juga sangat modern. Toilet dengan berbagai macam tombol membuat saya kebingungan. Saya juga tercengang karena sampah tisu yang telah saya gunakan digunakan langsung dibuang ke dalam toilet, tidak dibuang ke tempat sampah.
Banyak hal dan pengalaman yang saya dapatkan selama di Jepang, negara yang praktis, modern, dan teratur membuat saya ingin menerapkan di Indonesia dan kepada peserta didik DEMPO dengan menjadi guru yang menyenangkan dan tegas. Nihongo Partner membuat pembelajaran yang menyenangkan saat belajar bahasa Jepang dan budaya negara Jepang.
Semoga peserta didik SMA Katolik St. Albertus suatu saat bisa menginjakkan kaki ke Jepang. Banyak cara yang agar kita bisa Jepang. Dengan cara menempuh beasiswa, baikmelanjutkan studi ke Jepang, maupun liburan. Dengan pergi ke Jepang, kita dapat membuka wawasan dan pemikiran kita untuk lebih dewasa, mandiri, dan menghargai orang lain. Ganbatte Kudasai!
Next