Temu Pembina IV TKK MNPK Palangkaraya 25 Juni – 2 Juli 2023
Penulis : Aribka Cristiany
“Adil Katalino bacuramin ka’saruga basengat ka’jubata” adalah salam Dayak yang kami dengar setiap hari. Maknanya mendalam yakni mengajarkan bahwa dalam hidup ini kita harus bersikap adil, jujur, dan tidak diskriminatif terhadap sesama manusia dengan mengedepankan perbuatan-perbuatan baik seperti di surga. Hal di atas baik kiranya diajarkan kepada anggota muda oleh anggota dewasa sesuai dengan metode kepramukaan “kehadiran orang dewasa”.
Temu pembina telah diselenggarakan sebanyak empat kali. Pertama, pada tahun 2005 di Gambung – Bandung Selatan, Jawa Barat. Temu pembina II pada tahun 2010 di Palasari – Jembrana, Bali. Temu pembina III pada tahun 2016 di Wedi – Klaten, Jawa Tengah. Pelaksanaan temu pembina sempat terhenti selama pandemi dan dilaksanakan kembali temu pembina IV tanggal 25 Juni 2023 hingga 2 Juli 2023 di Nyaru Menteng – Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Kegiatan temu pembina ini bertujuan untuk proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan. Selain itu, sebagai upaya meningkatkan mutu pembina pramuka dari gugus depan yang berpangkalan di sekolah katolik setiap keuskupan agung seIndonesia melalui kegiatan tukar-menukar pengalaman membina di gugus depan masing-masing.
Rangkaian kegiatan diawali dengan kegiatan Training Center pada tanggal 23 Juni 2023 di SMP Katolik Kolese Santo Yusuf. Dalam kegiatan ini, kami berlatih bersama untuk acara Defile dan tampilan seni untuk pertama kalinya lalu dilanjutkan dengan misa pelepasan kontingen dan istirahat. Pemberangkatan kontingen dilaksanakan tanggal 24 Juni 2023 pukul satu pagi. Kami berangkat menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya pada pukul satu siang kemudian kami menempuh perjalanan laut dan mendarat di pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tanggal 25 Juni 2023 pukul sepuluh pagi. Dilanjutkan perjalanan darat dan sampai di Bumi Perkemahan Nyaru Menteng, Palangkaraya pukul 16.00.
Kegiatan hari pertama adalah registrasi peserta, mendirikan tenda dan gapura, serta pelaksanaan misa penyambutan peserta. Kegiatan hari kedua dibuka dengan upacara adat “potong pantan” untuk menyambut tamu yang hadir di bumi Kalimantan. Selanjutnya, diadakan upacara pembukaan yang dihadiri pejabat daerah, bapak Uskup Palangkaraya, dan pimpinan TKK-MNPK. Defile dilaksanakan setelah upacara yang diikuti 33 kontingen dari keuskupan di seluruh Indonesia. Setelah itu, kegiatan dibuka dengan misa yang dipimpin Mgr. Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka, M.S.F. Uskup Palangkaraya, dan ditutup dengan wisata kuliner dari kontingen malang yang mempresentasikan masakan khas malang, bakso bakar. Pada hari ketiga, kami mengikuti kegiatan kewirausahaan dengan tujuan agar pembina dapat mengembangkan kewirausahaan di gudep masing-masing dan ednapedagogi yang mengangkat budaya khas daerah untuk dibagikan di sosial media, serta postur pembina yang me-refresh lagi tentang peran pembina sebagai pembimbing anggota muda di gudep masing-masing. Kegiatan hari keempat kami berwisata rohani di Biara pertapaan Karmel ST. Yosef Tangkiling, Kalimantan Tengah dan bukit doa Karmel dengankegiatan jalan salib, dilanjutkan dengan kunjungan kasih, dan menanam pohon di Katolik Center Palangkaraya. Pada hari itu, kami menutup kegiatan dengan tampilan seni di alun-alun jembatan Kahayan. Pada hari kelima, kami belajar kerajinan daerah yakni membuat anyaman, manik-manik dengan sarat nilai budaya dan bernilai jual, dan menyusun proposal kegiatan temu penegak. Pada hari keenam, kami mengikuti kegiatan berwawasan lingkungan yaitu budidaya magoot dan pengolahan limbah plastik menjadi barang dengan manfaat dan nilai jual yang tinggi. Kemudian, dilanjutkan dengan jelajah yang menguji scoutingskill para pembina seperti penguasaan sandi, pioneering, pengetahuan tanaman obat, serta memasak rimba. Hari ketujuh, kami bertemu dengan adik-adik penegak dan memberikan materi mountaneering mengenai bagaimana cara packing carier yang tepat dan rancang bangun yang melatih adik-adik membuat perencanaan, pembiayaan serta kebutuhan alat untuk membangun menara pandang dan jembatan darurat. Untuk mengabadikan kegiatan di atas, adik-adik juga diminta membuat video singkat yang di-upload di media sosial mereka untuk mengedukasi mereka agar dapat mewarnai dunia maya dengan konten yang bermanfaat dan berguna. Pada malam harinya, ada tampilan per lewu atau kampung yang berkolaborasi menampilkan tampilan yang menunjukkan keanekaragaman budaya Indonesia. Hari kedelapan, seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan misa di Katedral Palangkaraya yang dilayani kembali oleh bapak Uskup Palangkaraya.
Pengalaman Temu Pembina IV selama delapan hari di Kalimantan Tengah, memberikan banyak pengalaman yang menarik sekaligus kesempatan merefleksi diri. Hal yang menarik diantaranya, kesempatan bertemu dengan banyak pembina, dengan latar belakang budaya, karakter, pengalaman membina di gugus depan masing – masing, sungguh memperkaya diri walaupun hal baik itu ditemukan melalui obrolan ringan saat masak bersama di duty patrol. Selain itu, kegiatan bertemu dengan adik – adik penegak se palangkaraya juga memberikan kesempatan kepada kami kakak pembina untuk saling berkolaborasi, bekerjasama, berbagi ide, memecahkan masalah bersama, sungguh merupakan momen yang berharga, karena didalam kegiatan ini, kami pembina dituntut untuk kreatifmencari materi untuk penegak, merancang metode mengajar yang tepat, menurunkan ego kedaerahan kami, sehingga pada akhirnya menghasilkan acara yang dinilai menarik, dan berguna. Sedangkan refleksi sebagai pembina diantaranya, mengingatkan kami akan kesadaran besarnya pengaruh pembina yang menginspirasi, membangun, membimbing anggota muda dalam menghadapi tantangan jaman. Kesempatan bertemu pembina seperti ini merupakan ajang untuk belajar bersama, melihat berbagai sudut pandang, mencermati bagaimana masalah diatasi di gugus depan masing – masing, serta tumbuh bersama menjadi pembina yang dewasa. Menempa diri untuk beradaptasi, karena tidak semua hal berjalan seperti yang kita kehendaki, perlu kesabaran, ketenangan, mau mendengar, memahami, mendukung dengan semangat untuk selalu berkontribusi positif.
Pada tanggal 2 Juli 2023, kami kembali ke Malang dengan menggunakan moda transportasi udara dengan membawa rencana pengembangan pramuka di gugus depan masing-masing. Kami menutup cerita perjalanan ini dengan sebuah pernyataan, sejatinya, menjadi pembina pramuka merupakan tanggung jawab yang besar, tidak mudah, tapi memberikan peluang untuk mewarnai hidup bahkan mengubah hidup anggota muda ke arah yang lebih baik, karenanya kepada kita semua, khususnya kakak pembina di pangkalan SMA Katolik St Albertus, mari kita setiai jalan ini, sembari berkontribusi untuk kemajuan negeri. Arus… Arus… Arus…!!!